Sunday, October 20, 2013

Merapi, Pertama Kalinya

"Eh, ke Merapi besok mau gak?"
"Besok kapan?" saya bertanya balik.
"Ya besok. Besok siang," jawabnya.
"Ha? Serius?" Saya masih belum yakin dengan jawabannya.
"Iya, mau ikut gak?"



Itulah awal mula yang membawa saya akhirnya mendaki Gunung Merapi. Sudah sejak lama saya ingin mendaki Gunung Merapi. Tapi apa daya, teman tidak ada yang mau ketika saya ajak. Tak disangka kesempatan itu datang juga.
Karena ajakannya dadakan, tentu saja persiapannya dadakan pula. Belum ada persiapan yang benar-benar matang ketika saya menyanggupi ajakan tersebut. Olahraga? Setiap saya hari ke kampus jalan kaki dan juga naik sepeda. Apa itu bisa dibilang olahraga? Saya tidak tahu, tapi saya anggap saja itu merupakan latihan sebelum mendaki. Peralatan pun saya tidak punya. Sleeping-bag ada di rumah, matras juga tidak punya. Tenda? Peralatan masak? Ah, saya berpikir kalau yang mengajak pasti sudah mengurusnya.
Keesokan harinya (18/10), setelah kuliah, saya pun menuju tempat penyewaan alat-alat untuk mendaki. Saya hanya menyewa sleeping-bag dengan tarif Rp 6.000,- per 24 jam. Setelah itu membeli beberapa bekal makanan.
Pada awalnya direncanakan pada pukul 13.30 kami akan berangkat, tapi ternyata seorang teman masih harus menghadap dosen untuk bimbingan skripsi sehingga waktu keberangkatan jadi molor. Tahu begini mendingan saya tadi tidak membolos kelas. Tapi ya mau bagaimana lagi, akhirnya saya hanya bisa menunggu. Akhirnya sekitar pukul 16.40 kami pun berangkat. Kami berangkat menuju basecamp pendakian Gunung Merapi yang berada di daerah Selo, Boyolali, dengan mengendarai motor.
Jalan menuju basecamp Selo yang didominasi oleh tanjakan serta tikungan membutuhkan waktu tempuh hampir 2 jam dari Jogja. Memasuki kawasan wisata Ketep Pass, perlahan-lahan kabut mulai turun. Kabut bertambah tebal dari daerah Selo hingga basecamp. Sesampainya di basecamp pendakian, kami pun segera mengurus perijinan untuk mendaki. Setelah membayar retribusi dan perijinan selesai, kami pun beristirahat sejenak sambil menunggu kabut menghilang. Malam itu, cukup banyak orang yang akan mendaki Gunung Merapi dari pos pendakian Selo. Sekitar pukul 20.35, kami pun bersiap-siap untuk memulai pendakian. Rombongan kami yang berjumlah 7 orang mulai berjalan perlahan. Sebelum memasuki kawasan Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM), kami melewati objek wisata 'NEW SELO'.
Kami pun berjalan santai melewati jalur pendakian. Tidak perlu khawatir tersesat ketika mendaki Gunung Merapi karena sudah terdapat plang penunjuk arah menuju puncak. Dari basecamp hingga pos 1, jalur pendakian masih berupa tanah serta kerikil-kerikil kecil. Gerbang masuk kawasan TNGM berada sebelum pos 1. Pepohonan yang berada di sekitar jalur pendakian hingga ke pos 1 tidaklah lebat. Menuju ke pos 2 kami melewati jalur menanjak yang berbatu. Meskipun jarak antara pos 1 dan pos 2 hanya sekitar 600 meter, dengan jalur yang seperti itu cukup menguras tenaga bagi saya. Sampai di pos 2 kami pun mendirikan tenda untuk beristirahat sebelum menuju puncak.
Angin yang bertiup cukup kencang serta kabut yang lumayan tebal membuat saya malas untuk meninggalkan sleeping-bag dan keluar dari tenda. Pagi pun menjelang, saya paksakan diri untuk keluar. Rupanya hari sudah cukup terang meskipun baru pukul lima pagi. Saya pun berharap agar kabut tidak menutupi sunrise. Tak berapa lama kemudian muncullah sang surya di ufuk Timur. Inilah salah satu alasan mengapa saya tidak bisa menahan diri untuk kembali mendaki. Berada di ketinggian seperti itu dan disuguhi pemandangan yang menakjubkan merupakan hal yang sulit untuk saya tolak.
Dari pos 2 ketika cuaca cerah, akan terlihat puncak Merapi yang berdiri menjulang. Jarak antara Pos 2 hingga ke puncak sekitar 1,44km yang bisa ditempuh dengan waktu sekitar 1-2 jam tergantung kecepatan langkah kaki. Setelah sarapan dan membereskan tenda serta barang bawaan, kami melanjutkan perjalanan menuju Pasar Bubrah. Pasar Bubrah merupakan sebuah dataran luas yang berada tepat di bawah puncak Merapi. Jalur yang harus dilewati masih berupa bebatuan dan masih terdapat pepohonan. Namun, mendekati Pasar Bubrah pepohonan sudah tidak terdapat pepohonan, jalannya pun berupa batu-batu serta mulai berpasir. Saya sendiri membutuhkan waktu sekitar 15 menit untuk sampai di Pasar Bubrah ini.
Melanjutkan pendakian menuju puncak, kami harus melewati jalan berbatu kemudian lereng pasir. Cukup sulit melewati lereng pasir ini karena satu langkah naik, maka kaki akan terperosok ke dalam pasir. Jika melewati lereng pasir ini saya sarankan memakai gaiter agar pasir tidak masuk ke dalam sepatu. Setelah melewati pasir, selanjutnya yang menurut saya sangat menantang adalah tebing batu dengan kemiringan sekitar 70 derajat. Saya sendiri cukup kewalahan melewati tebing batu tersebut. Selain cukup terjal, dibeberapa sisi agak sulit menemukan pijakan serta pegangan. Kaki saya sampai gemetar ketika melihat ke bawah.
Setelah berjuang melewati tebing batu, sampai juga di bibir kawah Merapi. Puncak masih beberapa meter di atas. Jalan yang harus dilalui pun cukup membuat saya gemetar kembali. Betapa tidak, di sebelah kiri ada kawah sedangkan sisi kanan tebing batu terjal yang pastinya jika sampai jatuh kemungkinan selamat sangat kecil. Beberapa saat kemudian sampailah saya di sebuah tempat yang tidak terlalu luas, tepat di bawah puncak. Sayang sekali puncak Garuda telah runtuh ketika erupsi pada tahun 2010 silam. Sehingga saya jadi tidak bisa melihatnya.
Meskipun hanya perlu mendaki sekitar 5meter lagi untuk sampai di puncak, saya tidak naik mengikuti teman-teman lainnya. Bukannya saya tidak mau ke puncak tapi saya masih sayang nyawa begitu melihat jalan yang harus dilewati untuk sampai di titik terakhir pendakian Merapi. Setidaknya bisa sampai pada ketinggian 5 meter di bawah puncak bukan hal yang buruk menurut saya.
Perjalanan turun dari puncak tak kalah ngeri bagi saya. Melewati lereng terjal berbatu yang agak licin sambil melihat ke bawah sebenarnya bukan hal yang saya inginkan. Namun, mau tidak mau saya harus melewatinya untuk bisa kembali. Dengan perasaan was-was, saya perlahan-lahan menuruni lereng. Butuh waktu sekitar 2 jam bagi saya untuk bisa sampai ke puncak dari pos 2, sedangkan turun dari puncak sampai ke Pasar Bubrah hampir 1 jam.
Setelah beristirahat sejenak di Pasar Bubrah, kami pun turun. Perjalanan turun menuju basecamp saya tempuh dengan waktu 2,5 jam. Setelah semua sampai di basecamp, kami pun segera kembali ke Jogja karena hari sudah sore. Dalam perjalanan pulang, kami singgah untuk makan terlebih dahulu, pilihannya jatuh pada Kupat Tahu khas Magelang. Seletah makanan tersedia, tanpa berlama-lama kami pun melahapnya. Sepiring Kupat Tahu langsung tandas tak bersisa. Maklum, mengingat dari pagi kami belum makan nasi. Ketika sarapan di pos 2 pun hanya makan roti serta snack. Pukul 18.15 akhirnya kami kembali sampai di Jogja.
'Bermula dari ajakan dadakan akhirnya sampai di puncak Merapi'

retribusi pendakian Gunung Merapi
tebing ini yang membuat kaki saya gemetaran
full member
Pasar Bubrah & puncak
ini favorit saya
'negeri di atas awan'

No comments:

Post a Comment