Monday, September 29, 2014

Jalan-jalan Ke Kyoto - Osaka ~ Bagian Pertama

"Libur tlah tiba
libur tlah tiba
hore...hore...
hatiku gembira"

Terlintas di pikiran saya sepenggal lirik lagu yang dulu dinyanyikan oleh Tasya ketika masih kecil. Yay, liburan musim panas akhirnya datang. Jika ditanya rencana liburan musim panas, tentu saja main dan jalan-jalan. Setelah mendekam di kamar asrama selama seminggu pada masa awal liburan, tiba saatnya untuk melaksanakan salah satu rencana jalan-jalan yang sudah disusun. Kyoto dan Osaka menjadi tujuan pertama untuk mengisi liburan kali ini.

Tiket bus sudah dipesan jauh-jauh hari untuk menghindari kelangkaan dan harga yang kemungkinan akan melambung dikarenakan sedang dalam masa liburan. Alhasil setelah beberapa kali salah jalan ketika menuju Yokohama City Air Terminal (YCAT) dari stasiun Yokohama padahal petunjuk jalannya sudah sangat jelas, tepat pada pukul 23.35 bus yang akan membawa saya dan seorang teman menuju ke Osaka pun berangkat. Setelah menempuh perjalanan selam kurang lebih 8 jam, kami pun sampai juga di Osaka City Air Terminal, Namba, Osaka.

Berhubung ini adalah rencana jalan-jalan ala mahasiswa yang duitnya mepet, jadilah saya memilih menggunakan jasa bus untuk menuju Osaka dan juga ketika kembali ke Yokohama. Alasan yang paling utama adalah karena naik bus relatif lebih murah jika dibandingkan dengan Shinkansen walaupun waktu tempuh menjadi lebih lama. Ya iyalah, naik Shinkansen memang cepat, hanya 2,5 jam tapi harga tiketnya 2kali lipat. Naik pesawat sebenarnya bisa menjadi salah satu pilihan, apalagi kalau dapat promo tiket murah, tapi kekurangnya adalah bandara yang letaknya jauh dari pusat kota. Mekipun ada kereta khusus bandara, tapi ongkosnya tidak murah juga.

Sampai di Namba, dengan muka yang masih kucel meskipun sudah cuci muka, saya pun berjalan ke stasiun JR untuk menuju Kyoto. Dari Namba saya naik JR ke stasiun Osaka (Umeda) lalu ganti kereta Hankyu dengan tujuan Kyoto. Di tengah perjalanan, saya bertemu dengan seorang teman yang berbaik hati merelakan hari liburnya untuk menemani saya selama di sana. Kami turun di stasiun Kawaramachi, Kyoto. Dari stasiun Kawaramachi berjalan kaki selama kurang lebih sepuluh menit, sampailah di Kawasan Gion yang terkenal dengan Maiko alias Geisha-nya. Namun, karena hari masih siang, aktivitas di kawasan tersebut masih belum dimulai.

suasana kawasan Gion pada siang hari
sepi, tidak banyak orang yang lewat


Dari Gion, kami melanjutkan perjalanan menuju Kuil Kennin-ji. Puas melihat-lihat, segera kami langkahkan kaki ke arah Kiyomizu-dera. Cuaca saat itu mendung karena sehari sebelumnya badai menyapa daerah Kansai. Beruntungnya kami, coba kalau datang satu hari lebih cepat, alamat tidak bisa jalan-jalan.

Kiyomizu-dera adalah tujuan kami selanjutnya, karena letaknya di lereng bukit kami pun harus melewati tanjakan yang cukup membuat keringat mengalir. Sepanjang jalan tanjakan menuju Kiyomizu-dera terdapat banyak toko yang menjual berbagai macam suvenir serta makanan dan oleh-oleh. Kyoto terkenal dengan Matcha alias green tea, di sepanjang jalan tersebut cukup banyak yang menjajakan parfait dan juga soft ice rasa Matcha. Saya sendiri bukan penggemar Matcha jadinya kurang tertarik untuk membeli. Berbagai jenis oleh-oleh yang dijual pun salah satu pilihan rasanya adalah Matcha.

Oke, mari lanjutkan perjalanan berkeliling Kiyomizu-dera. Untuk bisa memasuki kawasan bagian dalam Kuil, pengunjung diharuskan untuk membeli tiket terlebih dahulu. Kiyomizu-dera merupakan salah satu tempat tujuan utama wisata, tidak hanya bagi turis asing melainkan juga bagi wisatawan domestik alias warga Jepang sendiri utamanya murid-murid sekolah yang melakukan studi wisata. Salah satu saran jika ingin mengunjungi Kyoto adalah pergilah saat musim gugur. Kiyomizu-dera serta kawasan Arashiyama merupakan lokasi yang cocok jika ingin melihat pohon Maple atau Momiji yang daunnya akan berubah warna menjadi merah ketika musim gugur.

Capek keliling Kiyomizu-dera, perut pun mulai lapar. Waktunya mencari makan siang. Ketika berjalan kembali ke kawasan Gion, kami bertemu dengan Maiko yang waktu itu sedang dikelilingi oleh beberapa wisatawan asing. Kami pun memanfaatkan situasi tersebut untuk mengambil foto mereka. Jarang sekali Maiko yang berjalan-jalan di siang hari, apalagi yang bersedia untuk diambil fotonya.

Setelah perut terisi, saatnya melanjutkan perjalanan menuju ke Ginkaku-ji menggunakan bus. Bus-bus di Kyoto kebanyakan memiliki rute yang melewati berbagai tempat wisata, jadi banyak wisatawan yang memilih untuk mengandalkan transportasi massal ini dibanding dengan kereta. Bagi wisatawan yang memiliki Visa sementara dengan waktu kunjungan maksimal 15 hari bisa juga membeli One Day Pass untuk bus yang harganya tentu lebih murah. Dengan kartu tersebut anda bisa keliling Kyoto seharian dengan bus.

Kembali ke Ginkaku-ji, tempat ini sebenarnya adalah paviliun yang dibangun dengan tujuan sebagai lokasi istirahat Klan Ashikaga pada zaman Muromachi atau sekitar tahun 1400-an. Komplek Ginkaku-ji atau Paviliun Perak kini beralih fungsi menjadi Kuil. Di dekat Paviliun terdapat taman pasir yang didesain dengan mengikuti konsep Zen, dengan elemen utama gundukan pasir yang menjadi simbol Gunung Fuji.

Dari Ginkaku-ji perjalanan berlanjut ke Kinkaku-ji alias Paviliun Emas. Ada satu kejadian seru ketika kami sampai di pintu masuk Kinkaku-ji. Dari kejauhan serorang bapak-bapak petugas keamanan melambaikan tangannya ke kami. Kami kira bapak tersebut melambai ke teman atau kenalannya, ternyata maksud si bapak adalah kami disuruh untuk cepat masuk karena sudah akan tutup. Alhasil kami pun berlarian menuju ke loket penjualan tiket. Berhubung sudah hampir waktunya tutup kami pun tidak bisa melihat-lihat dengan santai. Sekedar informasi, kebanyakan tempat wisata di Kyoto tutup pada jam 5 sore jadi sebaiknya rencanakan dengan matang tempat tujuan serta waktu kunjungan agar kejadian serupa tidak terjadi.

Kinkaku-ji juga dibangun pada masa kepemimpinan Klan Ashikaga di zaman Muromachi. Kinkaku-ji yang ada sekarang ini sebenarnya bukanlah bangunan aslinya melainkan rekonstuksi. Pada tahun 1950 Kinkaku-ji terbakar karena seorang biksu yang mencoba untuk bunuh diri di dekat paviliun tersebut. Lapisan emas murni pada bangunan memberi kesan Klan Ashikaga ingin memperlihatkan kemegahan bangunan masa Muromachi.

Perjalanan hari itu berakhir dengan kengerian kami menjelajahi hutan bambu di kawasan Arashiyama. Sebenarnya hutan bambu tersebut merupakan salah satu tempat yang cukup indah dan menarik jika dikunjungi pada saat hari masih terang. Akan tetapi berhubung kami sampai di sana ketika hari sudah gelap, yang tersisa hanyalah rasa was-was serta rasa ngeri, beruntungnya tidak ada makhluk yang tiba-tiba muncul dari balik bambu-bambu dan kami bisa keluar dari hutan tersebut tanpa kurang satu apapun. Perjalanan keliling Kyoto diakhiri dengan berjalan kaki sampai ke Stasiun Hankyu Arashiyama yang lumayan bikin kaki pegal untuk kembali ke Osaka.

Cerita mengenai Osaka akan saya lanjutkan di bagian selanjutnya.



Kennin-ji

Gerbang masuk Kiyomizu-dera

pada musim gugur daun-daun di sekitar Kuil ini akan berubah menjadi merah
Maiko-nya cantik, Kimono-nya juga cantik
Yasaka-jinja
Ginkaku-ji dengan taman Zen-nya



Kinkaku-ji alias Paviliun Emas

Bus:
Yokohama-Osaka 5500yen
Osaka-Yokohama 6000yen

Tiket masuk (admission) :
Kiyomizu-dera 500yen
Ginkaku-ji 300yen
Kinkaku-ji 400yen

Bus (Kyoto) sekali naik 230yen
1 Day Free Pass (City Buses) dewasa (adult) 500yen, anak-anak (children) 250yen

No comments:

Post a Comment