Sunday, May 26, 2013

Perjalanan Menuju Hargo Dumilah

19 April 2013. Mobil minibus membawa saya dan teman-teman meninggalkan Kota Yogyakarta menuju arah Magetan, Jawa Timur. Tujuan kami bukan ke kota Magetan melainkan salah satu basecamp pendakian Gunung Lawu, yakni Cemoro Sewu. Bersama sepuluh orang teman, saya berniat mendaki Gunung Lawu. Sampai tujuan ternyata sudah mendekati tengah malam, niat untuk segera mendaki diurungkan karena melihat kondisi teman-teman yang sudah lelah. Akhirnya kami bermalam di basecamp Cemoro sewu.
Pagi harinya, kami pun bersiap memulai pendakian. Pukul 07.15 kami memulai perjalanan. Gunung Lawu memiliki ketinggian 3265 mdpl, jalurnya cukup berat bagi saya karena sebagian besar merupakan jalan berbatu sehingga kaki mudah lelah. Sebelum sampai di puncak ada lima pos yang harus dilewati. Jarak dan medan antara masing-masing pos berbeda-beda sehingga waktu tempuhnya pun tak sama.

Sesampainya di pos 1 saya dikejutkan dengan adanya sebuah bangunan sederhana yang ternyata adalah sebuah warung. Yap, benar sebuah warung. Saya kemudian teringat cerita pelatih ekskul waktu SMA dulu. Katanya di puncak Lawu ada warungnya. “Warung? Jualan apa?”saya pun bertanya karena penasaran. Jawab pelatih saya, “Ya makanan lah. Ada mie ayam juga.” Saya tidak 100% percaya dengan apa yang dikatakan oleh pelatih saya tersebut. Tanggapan saya waktu itu, “ah, jangan-jangan mie-nya sebenarnya cacing, Pak.” Saya berpikir mana ada yang jualan di puncak gunung kalau bukan orang jejadian a.k.a hantu. Kenapa saya berpikir seperti itu adalah karena banyak yang mengatakan di Gunung Lawu ada yang namanya pasar setan. Selain itu di sana juga banyak tempat-tempat yang disucikan (dikeramatkan) oleh sebagian orang.


warung di pos 1

Saat beristirahat di pos 1 saya pun membeli camilan berupa tempe dan tahu goreng masing-masing sepotong. Harganya seribu rupiah per potong. Rasanya cukup enak dan lumayan buat mengisi perut yang masih menyisakan ruang sebab hanya sarapan mie rebus. Setelah cukup istirahat kami melanjutkan perjalanan. Cuaca kurang mendukung hari itu, saat sampai di pos 3 gerimis pun turun. Sayangnya atap shelter pos 3 sebagian terlepas dari rangkanya sehingga tidak bisa dijadikan  tempat berteduh.

Dari pos 3 sampai pos 4 jalur berupa tangga batu yang cukup menanjak, ditambah kabut dan gerimis membuat saya ingin segera sampai di pos 4. Dalam bayangan saya di pos 4 pun ada sebuah shelter yang bisa dipakai untuk berteduh, akan tetapi harapan saya sirna karena ternyata pos tersebut hanya berupa dataran yang tidak terlalu luas dan tanpa atap. Walaupun begitu setidaknya gerimis mulai reda jadi tak ada tempat berteduh pun tak masalah.


Saat sampai di pos 5 waktu sudah menunjukkan pukul 16.07, ternyata cukup lama kami berjalan. Padahal normalnya waktu tempuh untuk sampai di pos 5 dari basecamp adalah sekitar 6 jam, tapi kami menempuhnya dalam waktu sekitar 9 jam. Setelah istirahat kami melanjutkan perjalanan ke lokasi kemah malam itu. Jaraknya sekitar 15 menit jalan dari pos 5. Sebelum mencapai lokasi kemah, dari kejauhan saya melihat bangunan mirip dengan yang ada di pos 1 sebelumnya. Sudah bisa ditebak bangunan apakah gerangan? Yak, benar saudara-saudara itu adalah warung.


Akhirnya saya dapat membuktikan kebenaran kata-kata pelatih saya mengenai warung yang ada di puncak Lawu. Kami pun mendirikan tenda persis di depan warung tersebut setelah sebelumnya memesan menu nasi pecel beserta telor dan juga teh hangat. Saya kira karena warungnya di atas gunung begini harga makanannya pasti lebih mahal. Ternyata tidak, harga yang dipatok tidak jauh berbeda dengan pecel pada umumnya dan tentu saja rasanya juga enak. Cukup membayar delapan ribu rupiah untuk seporsi nasi pecel plus telor ceplok.


Saat menunggu makanan datang saya melihat dua orang Asing yang sebelumnya saya lihat sewaktu istirahat di pos 2. Ternyata mereka sudah sampai di puncak dan akan turun pada saat itu juga tanpa berkemah dahulu. Wajar saja jika melihat bawaan mereka yang hanya berupa ransel biasa dan tidak terlihat menggembung seperti bawaan kami.


Karena malam itu hujan turun, kami memutuskan untuk beristirahat lebih awal. Imbasnya kami terjaga lebih awal juga, sekitar pukul 03.15 kami sudah bangun. Sekitar pukul 04.30 kami memutuskan berangkat menuju puncak untuk melihat matahari terbit.






Ternyata pendaki lain juga telah banyak yang berjalan menuju puncak. Sesampainya di puncak kami pun menunggu sang Mentari muncul di sisi Timur. Rasa lelah yang sebelumnya terasa, seakan-akan menghilang saat melihat matahari muncul di kejauhan. Langit mulai cerah dan wajah-wajah kami pun mulai terlihat.

Beberapa orang berfoto di tugu yang menandakan puncak Gunung Lawu, Hargo Dumilah. Beberapa perempuan terlihat mengenakan kebaya, nampaknya mereka ingin memperlihatkan semangat perjuangan Kartini untuk mencapai puncak Gunung Lawu, memang hari itu bertepatan dengan hari Kartini yakni 21 April.


 Setelah puas berfoto-foto kami memutuskan kembali ke lokasi kemah, kemudian berbenah untuk perjalanan turun. Pada saat perjalanan turun cuaca cukup cerah sehingga kami bisa melihat pemandangan yang terlewatkan saat perjalanan naik sebelumnya.

No comments:

Post a Comment