|
Berdoa di kuil |
Halo, sekarang memang sudah musim dingin tapi kali ini saya akan bercerita mengenai perjalanan saya Ke Gunung Oyama untuk menikmati indahnya musim gugur. Di antara empat musim yang ada, saya paling suka dengan musim gugur. Warna-warni musim gugur membuat saya merasa lebih bersemangat. Tidak mungkin kebanyakan orang yang lebih menyukai musim semi, saya menyukai musim gugur karena bisa menikmati dedaunan yang berubah warna dan tentu saja karena makanannya yang enak.
Ketika memasuki bulan Oktober saya merencakan untuk pergi melihat daun momiji atau mapple. Di daerah tempat tinggal saya dulu dedaunan musim gugur baru berubah warna pada bulan November, oleh karena itu setelah bertanya ke beberapa orang akhirnya saya putuskan untuk berburu momiji ke Gunung Oyama. Letaknya yang cukup dekat membuat saya bisa pergi dan pulang dalam waktu sehari saja. Pada awalnya saya berniat untuk pergi seorang diri, namun ada teman yang mengetahui rencana saya dan dia memutuskan untuk ikut pergi bersama. Hari yang ditentukan pun tiba, saya beserta 3 orang teman pun menuju ke Gunung Oyama.
Perjalanan menuju Gunung Oyama dari asrama saya yang berada di daerah Shonandai bisa ditempuh dalam waktu kurang dari 2 jam. Kami berangkat dengan menaiki kereta Odakyu ke arah Shinjuku kemudian transit di Stasiun Sagami Ono lalu berganti kereta yang menuju ke Odawara dan turun di Stasiun Isehara. Sesampainya di Stasiun Isehara kami melanjutkan perjalanan dengan bus. Halte Oyama merupakan pemberhentian terakhir jadi tidak perlu takut terlewat. Beberapa ratus meter sebelum turun kami melewati jalan kecil yang cukup menanjak. Dari sini kami sudah disambut oleh dedaunan yang mulai berubah warna.
Tiba di halte pemberhentian kami disuguhi pemandangan warna-warni daun di pepohonan yang tumbuh di lereng-lereng bukit. Sepanjang jalan menuju ke cable car terdapat berbagai macam toko yang menjual makanan dan oleh-oleh khas dari Oyama. Untuk mempersingkat waktu tempuh, saya dan teman-teman pun memutuskan untuk naik cable car sampai ke Kuil Oyama-Afuri. Dari Kuil ini kami harus menapaki jalur tanah yang berbatu. Jalur pendakian Gunung Oyama sama seperti gunung-gunung di Indonesia yang berupa jalan setapak. Jalanan cukup licin karena sehari sebelumnya daerah sana diguyur hujan. Sayang sekali cuaca kurang bersahabat, setelah menempuh perjalanan sekitar 1,5 jam kami hampir sampai di puncak dan kabut mulai datang. Kami pun tidak bisa menikmati pemandangan dari atas gunung ini.
Di puncak Oyama juga terdapat kedai makan dan minum yang bisa dijadikan tempat istirahat bagi pengunjung. Bagi yang perlu buang air, tidak seperti gunung-gunung di Indonesia, di sana juga tersedia toilet jadi tidak perlu khawatir jika berkunjung ke Gunung Oyama. Setelah cukup beristirahat, kami pun memutuskan untuk turun. Hari yang semakin sore dan kabut yang bertambah tebal membuat keadaan jadi sedikit gelap. Kami pun harus berhati-hati saat turun agar tidak terpeleset atau jatuh. Sebelum pulang kami mampir sejenak di salah satu kedai yang berada di dekat Kuil Oyama-Afuri untuk mencicipi kue dango. Cable car terakhir dari Oyama-Afuri berangkat pada jam 5 sore tapi kami memutuskan untuk turun dengan berjalan kaki.
Jalanan sudah sepi dan cukup gelap karena kurangnya cahaya penerangan. Di tengah perjalanan kami melewati Kuil Oyama. Dari sini kami bisa melihat kiluan lampu-lampu kota yang berada di kejauhan. Sebenarnya di depan kuil ini terdapat tangga yang di samping kanan dan kirinya terdapat pohon momiji yang bisa dinikmati keindahannya pada waktu siang hari. Namun, sayangnya kami sampai di sana saat malam jadi tidak bisa menyaksikan warna-warni daun momijinya. Sesampainya di halte bus ternyata ada sebuah bus yang sedang menunggu jadwal keberangkatan. Tanpa berlama-lama kami pun segera menaikinya dan perjalanan saya mendaki Gunung Oyama pun berakhir.
|
3 teman seperjalanan saya |
|
Disambut warna-warni dedaunan musim gugur |
|
menunggu kereta |
|
Sala satu sudut Kuil Oyama-Afuri |
|
Dedaunan yang berguguran |
|
Jalur pendakian yang cukup licin sewaktu hujan |
|
Puncak Gunung Oyama, 1252 mdpl |
No comments:
Post a Comment