Friday, November 14, 2014

The 27th Japan Tent, Program Homestay Di Musim Panas ~ Part 1



Berawal dari informasi yang diberikan oleh Kantor Urusan Internasional Universitas Ferris mengenai kegiatan homestay selama musim panas, saya pun tertarik untuk mencoba. Ada program homestay yang diorganisir oleh kampus, ada juga kegiatan yang diadakan oleh organisasi di luar kampus. Kegiatan homestay dari kampus kebanyakan tidak perlu mengeluarkan biaya kecuali untuk transportasi hanya saja lokasinya masih di sekitaran Kanagawa-Tokyo atau paling jauh Ibaraki. Keluarga tempat homestay tersebut merupakan keluarga dari dosen atau mahasiswi Ferris sendiri dan paling lama pun hanya dua hari. Setelah bertanya lebih lanjut ternyata ada satu program homestay seminggu dan tidak perlu mengeluarkan biaya yang banyak.
Nama program tersebut adalah JAPAN TENT. Program homestay selama satu minggu di Prefektur Ishikawa bagi seluruh mahasiswa asing yang sedang belajar di Jepang. Tahun ini merupakan kali ke 27 program tersebut diselenggarakan. Pendaftaran dibuka 2 bulan sebelumnya, peserta pun hanya perlu mengisi formulir serta melampirkan surat keterangan sehat dari Universitas. Dari yang saya dengar, program ini cukup besar dan banyak yang ingin berpartisipasi. Saya beruntung menjadi salah satu dari 300 orang yang berhasil menjadi peserta program tersebut.

Tanggal 19 Agustus malam, saya pun berangkat menuju Kanazawa dari Stasiun Tokyo dengan menaiki bus bersama perserta lainnya. Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih hampir 9 jam, sampailah kami di Kanazawa yang merupakan Ibukota Prefekur Ishikawa. Turun dari bus, kami pun segera menuju ke Akabane Hall, Hokuriku Shinbun untuk mengikuti acara pembukaan Japan Tent yang ke-27. Selesai pembukaan dan makan siang kami pun bergegas menuju ke Noto dengan menggunakan bus lagi.

Sekitar satu jam kemudian tibalah kami di depan sebuah gedung Sekolah di Noto. Di sana sudah menunggu para keluarga yang menjadi host family kami di hari pertama. Tempat kami menginap pada hari pertama merupakan rumah dari keluarga petani. Tepat di depan rumah terdapat sepetak sawah yang sudah ditanami padi. Betapa tenangnya daerah tempat kami menginap malam itu. Pada saat makan malam, kami disuguhi dengan berbagai masakan tradisional. Saat ini keluarga Jepang yang masih menghidangkan masakan tradisional sudah tidak banyak. Jika ingin mencicipi hidangan tradisional biasanya di restoran-restoran atau di Ryokan. 

Keesokan harinya kami diajak untuk memanen ubi di ladang. Ubi-ubi yang berhasil kami panen pun dimasak untuk hidangan makan siang. Meskipun hanya sehari, enggan rasanya untuk meninggalkan tempat tersebut dan berpisah dengan host family. Namun, sesuai jadwal siang harinya kami sudah harus menuju ke kota selanjutnya, yaitu Kota Wajima. Wajima, salah satu kota di Semenanjung Noto yang berbatasan dengan Laut Jepang. Kotanya tidak begitu besar namun nyaman. Hari pertama di Wajima, kami dikenalkan dengan host family yang akan mengakomodasi kami di hari selanjutnya. Untuk hari pertama kami menginap di hotel yang berada sedikit di atas bukit. Serunya, dari kamar kami bisa melihat laut dan juga sawah. Benar-benar pemandangan yang menyejukkan mata.

Pada hari selanjutnya, setelah sarapan kami pun diantarkan ke salah satu Kuil Buddha yang didirikan sejak 700-an tahun yang lalu bernama Kuil Sojijiso-in. Di Kuil tersebut kami berkesempatan untuk mencoba Zazen atau meditasi Zen. Selesai meditasi sudah hampir jam makan siang, kami pun menuju ke sebuah restoran yang tidak begitu jauh dari Kuil. Setibanya di resotan, kami tidak langsung makan, akan tetapi kami membuat dahulu Soba yang menjadi menu makan siang kala itu.

Setelah perut terisi, program selanjutnya adalah mengunjungi Museum of Urushi Art di Kota Wajima. Wajima merupakan kota yang terkenal dengan Urushi atau seni pernis. Saat ini, Wajima merupakan satu-satunya tempat produksi Urushi yang berbahan dasar kayu. Berbagai macam benda yang dibuat dengan Urushi dipamerkan di Museum ini, mulai dari peralatan makan (sumpit, cawan, mangkuk, gelas), kotak penyimpanan, vas, dan lain sebagainya. Karena proses pembuatannya yang rumit dan membutuhkan keterampilan khusus, saat ini sudah tidak banyak lagi pengrajin yang bisa membuat Urushi.


Selesai kegiatan kami pun dijemput oleh host Family, kali ini saya berdua dengan seorang teman yang berasal dari China. Hari selanjutnya tidak ada kegiatan program Japan Tent, kami pun diajak oleh host family jalan-jalan di sekitaran kota Wajima. Mulai dari mengunjungi asa-ichi atau pasar pagi, lalu ke Museum Manga, Aquarium, hingga Museum Gelas. Cuaca yang panas tidak menghalangi saya untuk menikmati setiap atraksi yang ada. Malam harinya, kami juga diantar melihat Festival di pusat kota Wajima. Hari yang cukup melelahkan tapi sangat menyenangkan.



Tiga hari berlalu dengan sangat cepat, tahu-tahu kami sudah harus meninggalkan Wajima untuk kembali ke Kanazawa. Sekali lagi saya harus berpisah dengan host family yang sudah seperti keluarga kedua bagi saya. Meskipun begitu, kami sempat bertukar alamat agar nantinya tetap bisa berhubungan.


begitu buka pintu langsung ketemu sawah



Hotel tempat kami menginap di hari kedua, langsung behadapan dengan laut dan sawah
mencoba meditasi Zen
Kuil Sojijiso-in

mari kita membuat Soba


Urushi
Sore yang indah di Wajima

Beruntung bisa melihat perayaan salah satu Kuil di Wajima
Pasar Pagi-nya Wajima
Asaichi
Museum Komik Go Nagai
Senmaida, sawah tepi laut
Notojima Aquarium

Kiriko Festival
Host Family saya selama di Wajima

No comments:

Post a Comment