Friday, August 9, 2013

Malam Takbiran Ala Masyarakat Pulau Panggang

7 Agustus 2013. Takbir mulai berkumandang, tanda bulan Ramadhan telah usai. Setelah penantian selama satu bulan Hari Raya pun tiba.
Suasana malam takbiran yang tak jauh berbeda dengan di kampung halaman, saya rasakan di sini. Ada satu tradisi yang sudah berjalan di Pulau Panggang ketika menyambut Hari Raya. Pada malam takbiran, selain melakukan takbir keliling juga diadakan perayaan menyambut Hari Raya. Takbir Mursal, begitulah orang di sini menamakannya. Beruntung, pada kali ini saya berkesempatan melihat secara langsung dan juga mengikuti acara tersebut.
Sebuah panggung yang telah didekorasi, berdiri di ujung lapangan dekat dermaga. Pun didepannya didirikan juga tenda yang dilengkapi dengan meja dan kursi. Tak heran penataan tempat serta penyusunan acara dibuat dengan rapi, orang nomor satu di Kepulauan Seribu ini juga akan menghadiri acara tersebut rupanya.
Acara yang dijadwalkan mulai pukul 19.30 molor. "Masih menunggu Pak Bupati dan rombongan", kata seorang panitia. Oh rupanya para petinggi yang ditunggu tak kunjung datang. Jadilah saya, yang malam ini didaulat untuk membawakan nampan berisi kain yang nantinya akan dipakaikan kepada Bupati, merutuk dalam hati. "Mana ini Pak Bupatinya, dari setengah jam yang lalu katanya sudah jalan. Sampai sekarang kok gak sampai-sampai."
Setelah menunggu sekitar setengah jam lebih, tamu besar akhirnya datang juga. Para petugas keamanan, menyuruh warga yang berkerumun di sekitar dermaga untuk menyingkir demi memberi jalan kepada Bupati. Mungkin saking penasarannya mereka dengan Bupati sehingga kurang menggubris petugas keamanan yang berjaga-jaga. Maklum, Bupatinya baru diganti beberapa waktu lalu.
Saya yang tadinya berharap bisa mengucapkan 'selamat datang' secara langsung pun hanya bisa memaklumi kalau Beliau ini orang penting. Lha Bupatinya melihat saya saja tidak, bagaimana bisa mengucapkan 'selamat datang' dengan sekumpulan orang yang megelilinginya begitu beliau melangkahkan kakinya di dermaga. Yah, setidaknya kelak saya bisa cerita kalau saya pernah ketemu sama orang nomor satu di Kepulauan Seribu ini.

kendaraan Bupati
Bupati & rombongan (duduk)
Oke, mari lanjutkan ceritanya. Setelah Bupati dan rombongan duduk di kursi spesial yang telah disediakan, acara pun segera dimulai. Susunan acaranya seperti pada umumnya, pembukaan, sambutan ketua panitia dan juga Bupati, kemudian dilanjutkan dengan pemukulan bedug oleh Bupati yang menandai acara Takbir Mursal telah dimulai. Di panggung, beberapa hiburan pun ditampilkan. Pengisi acaranya mulai dari anak-anak PAUD sampai anak remaja, ada tarian, nyanyian, serta pertunjukan lainnya.


Satu yang paling membuat teringat ketika saya masih kecil, takbir keliling. Dulu di kampung halaman, ketika saya masih kecil biasa diadakan takbir keliling. Akan tetapi lama kelamaan acara takbir keliling pun sudah tidak lagi dilakukan. Di sini, saya seperti mengulang memori masa kanak-kanak. Bedanya saat kecil saya hanya keliling satu desa, kalau di sini keliling satu Pulau.
Sayangnya Pak Bupati tidak mengikuti takbir keliling tersebut, saat kami kembali ke area dermaga, Bupati serta rombongan telah menghilang kembali ke kediamannya di Pulau Pramuka. Maklum, namanya juga orang penting. Pasti sibuk dengan berbagai agenda dinasnya.
Di sekitaran lokasi acara pun tak luput dengan adanya penjual dadakan yang menjajakan macam-macam jajanan. Ada bakso tusuk seharga Rp 2000 per buah, telur gulung seharga Rp 1000 per tusuk, bakso kuah, cilok, es krim, pop ice dan lainnya. Saya hanya sempat membeli bakso tusuk. Rasanya? Enak, gurih, dan tidak terlalu kenyal.
Acara Takbir Mursal selesai sekitar pukul 22.00. Setelah acara selesai, sembari menunggu kapal yang akan membawa kami kembali ke Pulau Karya, kami pun membantu panitia untuk membereskan lokasi acara.

bakso tusuk Rp 2000
ada kembang api juga



No comments:

Post a Comment